Wednesday, April 18, 2007

Hati-Hati Dengan Cinta & Macam-Macam Hati

Penulis: Abu Uzair Boris Tanesia
Diambil dari Buletin At Tauhid

Cinta… sebuah kata yang sudah sangat dipahami oleh semua orang. Sebuah perasaan yang dengannya seseorang mau melakukan segala sesuatu demi mencapai apa yang dia cintai tersebut. Namun hakikatnya, cinta tidaklah hanya terbatas pada hubungan antara dua orang insan, bahkan lebih dari itu. Segala ibadah yang kita lakukan, kesemuanya itu tidak akan dapat kita lakukan jika tidak ada rasa cinta kepada zat yang kita sembah, yaitu Alloh Ta’ala. Cinta adalah ruh penggerak yang mendorong seseorang beribadah, maka apabila cinta hilang, maka ibadah akan terasa hambar.

Islam merupakan agama yang sangat luas, bahkan hingga dalam permasalahan cinta ini pun islam memberikan penjelasan serta batasan yang terang. Sehingga dengannya, diharapkan seorang muslim tidak tersesat oleh rasa cintanya tersebut.

Pembagian Cinta

Cinta yang dapat memberikan manfaat bagi seorang hamba antara lain:

1. Cinta Kepada Alloh

Yakni cinta yang menyebabkan merendahkan diri dan mengagungkan yang dicintainya tersebut serta menumbuhkan rasa taat untuk melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan yang dicintainya tersebut. Cinta seperti ini khusus untuk Alloh semata dan tidak boleh ditujukan kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Alloh,

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al Baqoroh: 165)

Pada ayat ini, Alloh menyatakan bahwa orang-orang kafir mencintai Alloh sekaligus mencintai sesembahan-sesembahan selain Alloh. Alloh mengafirkan mereka karena mereka membagi rasa cinta mereka yang seharusnya khusus untuk kepada Alloh semata. Hal ini juga dikuatkan dengan firman Alloh,

تَاللَّهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ الْعَالَمِينَوَمَا أَضَلَّنَا إِلَّا الْمُجْرِمُونَ

“Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, Karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam. Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa.” (QS. Asy Syu’ara: 97-99), maksudnya yaitu menyamakan selain Alloh dengan Alloh dalam hal cinta dan ibadah.

Contoh bentuk cinta yang syirik adalah cinta yang diberikan oleh orang-orang musyrik kepada sesembahan selain Alloh. kita bisa melihat contoh jelas seperti halnya Nyi Roro Kidul, wali-wali dan semisalnya. Orang-orang musyrik sangat mengagungkan sesembahan mereka tersebut, sehingga ada di antara mereka yang berani bersumpah dusta dengan menyebut nama Alloh namun takut bersumpah dusta jika menyebut nama sesembahan mereka tersebut. Wal’iyyadzubillah.

2. Cinta Karena Alloh

Yaitu mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh Alloh. Seperti mencintai para rosul, malaikat dan kaum mukminin. Demikian juga cinta kepada berbagai bentuk amal ketaatan seperti sholat, puasa, membaca Al Quran dan sebagainya. Cinta ini akan menghasilkan kebalikannya, yaitu benci karena Alloh. Contohnya membenci orang kafir, ahli maksiat dan berbagai macam amal kekafiran dan kemaksiatan. Kesempurnaan iman seseorang tidak akan terwujud tanpa adanya rasa cinta dan benci ini. Rosululloh bersabda yang artinya, “Barang siapa mencintai seseorang karena Alloh, membenci seseorang karena Alloh dan memusuhi karena Alloh, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Alloh hanya dapat diperoleh dengan hal tersebut. Seorang hamba tidak akan merasakan nikmat iman, sekalipun banyak sholat dan puasa, sehingga bersikap demikian.” (HR. Ibnu Jarir)

3. Cinta Yang Didasari Karena Kasih Sayang atau Naluri

Seperti cinta kepada orang tua, anak, orang lemah, makanan, minuman, pakaian,tempat tinggal dan sebagainya. Cinta seperti ini tidak boleh diutamakan daripada cinta kepada Alloh ataupun cinta karena Alloh. Alloh berfirman yang artinya,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran: 14)

Pada ayat ini Alloh mengabarkan bahwa sesungguhnya manusia diberi naluri untuk mencintai hal-hal itu semua. Namun begitu, Alloh menjadikan rasa cinta tersebut sebagai ujian bagi setiap manusia. Apakah mereka akan mengutamakan rasa cintanya tersebut daripada ketaatan dan menggunakannya demi mencapai ridho-Nya ataukah sebaliknya. Perhatikanlah firman Alloh yang artinya,

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24)

Alloh ta’ala tidak hanya mengancam orang-orang yang mengutamakan cinta naluri dan kasih sayang mereka daripada cinta kepada Alloh dan karena Alloh dengan hukuman-Nya. Namun Alloh juga menyebut mereka sebagai orang-orang yang fasik, yakni orang-orang yang menyimpang dari ketaatan kepada Alloh.

Bentuk-Bentuk Cinta Yang Terlarang

Setelah mengetahui bentuk-bentuk cinta yang telah disebutkan, maka bagaimanakah bentuk-bentuk cinta yang terlarang itu? Beberapa di antaranya adalah:

  1. Mendahulukan kecintaan terhadap sesuatu apapun dibandingkan cinta kepada Alloh.
  2. Mencintai orang-orang kafir.
  3. Lebih mengikuti perintah, larangan ataupun ucapan orang yang dicintainya (semisal orang tua, istri atau suami dan lain sebagainya) padahal dia tahu bahwa perintah, larangan atau ucapan tersebut bertentangan dengan syariat Islam.
  4. Menentang syariat yang diajarkan Rosululloh dengan ajaran nenek moyangnya ataupun adat istiadat karena fanatik terhadap nenek moyang.
  5. Mencintai dunia, takut mati dan tidak mau berjihad di jalan Alloh dengan segala macam maknanya.

Ya Alloh, kami memohon kepada-Mu, untuk memberikan kami rasa cinta kepada-Mu, rasa cinta kepada orang-orang yang Engkau cintai dan rasa cinta kepada segala amal ketaatan yang dapat mendatangkan rasa cinta kami kepada-Mu.

Macam-Macam Hati

Penulis: Cipto Nugroho Sholeh

Banyak orang menaruh perhatian yang besar terhadap keadaan jasmani mereka. Apakah terlihat bagus, terdapat lecet-lecet, luka-luka atau apakah tubuh sedang terasa kurang fit. Mereka lantas bergegas mencari penanganan dan penyelesaiannya. Tetapi mereka kurang menaruh perhatian yang lebih terhadap hati.

Hati merupakan ibarat raja yang memimpin anggota tubuh untuk melakukan suatu amalan, apakah amalannya itu menjadi baik ataukah menjadi buruk. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang cukup dikenal, bahwasanya sahabat An-Nu’man bin Basyir mengatakan bahwa Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”… Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah al-qolbu (hati).” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu hendaklah seorang insan berusaha untuk mengenal tentang hati dan hal-hal yang berkaitan dengan hati. Hati dinamakan al-qolbu karena mempunyai sifat dapat berbolak-balik. Seorang penyair masa lalu melantunkan sebuah bait sya’ir:

Tidaklah dinamakan qolbu
Melainkan karena berbolak-baliknya
Dan dapat memalingkan manusia…
Tahap demi tahap

Pembagian Hati

Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa hati dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati.

Hati yang sehat adalah hati yang selamat, yaitu yang membawa seseorang menuju kepada keselamatan di akhirat kelak.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syuaraa: 88-89)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan, “Hati yang selamat maknanya adalah selamat dari syirik, kejelekan, keragu-raguan, rasa cinta kepada keburukan, terus-menerus melakukan kebid’ahan dan dosa.”

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapakah Rabb (Tuhan) nya. Tidak beribadah kepadaNya yaitu dengan menjalankan perintahnya dan tida pula menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridloiNya. Baginya yang penting adalah menuruti keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Bergaul dengan orang yang mati hatinya ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan duduk bersama dalam satu majelis dengan mereka adalah bencana.

Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi mengidap penyakit. Ia cenderung untuk mengikuti unsur yang lebih kuat. Terkadang ia cenderung kepada ‘kehidupan’, namun terkadang lebih cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah Ta’ala, yang kesemuanya itu merupakan sumber kehidupan. Namun padanya terdapat kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, sifat hasad, sombong dan ujub (berbangga diri), yang merupakan bencana dan sumber kehancuran diri seseorang. Ia berada diantara dua penyeru, yaitu penyeru yang menyeru kepada Allah dan RasulNya, hari akhir dan penyeru yang menyeru kepada kehidupan dunia. Seruan yang disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.

Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha menjadikan hati kita ke dalam jenis hati yang pertama, yang akan membawa diri kita menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan. Dan juga berdo’a dengan do’a yang sering dipanjatkan oleh nabi yang mulia Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari jalan sahabat Syahr bin Ausyah radhiyallohu ‘anhu, “Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. Tirmidzi, hasan). Dalam riwayat yang lain Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berdo’a, “Wahai Allah Dzat Yang Maha mengarahkan hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepadamu.” (HR. Muslim)

No comments: